468x60 Ads

ISI Populer

Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >

air bagi kehidupan manusia

0 komentar


Sehubungan dengan peringatan Hari Air se-Dunia, yang jatuh pada setiap tanggal 22 Maret, Wahanan Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh menyampaikan keterangan pers untuk dapat disiarkan oleh media sebagai berikut:
1.Hari Air se-Dunia atau World Water Day dan sering pula disebut sebagai World Day for Water merupakan hari perayaan yang ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat sedunia (internasional) akan pentingnya air bagi kehidupan serta untuk melindungi pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan. Peringatan Hari Air se- Dunia dilaksanakan setiap tanggal 22 Maret. Berdasarkan sejarahnya Hari Air Sedunia dicetuskan kali pertama saat digelar United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Bumi oleh PBB di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Pada Sidang Umum PBB ke-47 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 1992, keluarlah Resolusi Nomor 147/1993 yang menetapkan pelaksanaan peringatan Hari Air se-Dunia setiap tanggal 22 Maret dan mulai diperingati pertama kali pada tahun 1993.
2.Di Indonesia yang katanya negeri kaya air, ternyata juga tidak terlepas dari berbagai persoalan terkait air. Di kota-kota, berbagai permasalahan air telah menghantui setiap orang. Ketersediaan Air bersih yang semakin mahal dan langka serta pencemaran air menjadi masalah nyata terutama di kota-kota besar Indonesia. Untuk itu, peringatan Hari Air se- Dunia tahun 2012 ini seharusnya menjadi sebuah momentum yang mampu menggelitik kesadaran kita semua bahwa kita perlu melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan sumber-sumber air kita. Tiga hal paling sederhana namun berdampak besar yang bisa kita lakukan adalah mulailah hemat air, mengurangi kegiatan yang berdampak terhadap pencemaran air dan berbagai aksi dan upaya penyelamatan hutan sebagai sumber-sumber kehidupan sekaligus sebagai sumber mata air.
3.Aceh merupakan daerah aliran sungai yang terluas di Indonesia, terdapat 11 sungai besar yang mengaliri Aceh, namun pada saat ini sumber-sumber air tersebut telah terjadi penurunan yang signifikan di karenakan banyaknya aktifitas-aktifitas di hulu sungai Aceh, seperti penebangan liar, penambangan , penggalian berbagai material seperti galian C dan tambang, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang mengganggu menurunnya debit air yang mengaliri sungai-sungai di Aceh.
4.Berdasarkan catatan WALHI Aceh ada beberapa kejadian dimana terdapat daerah aliran sungai (DAS) yang rusak akibat pencemaran limbah pabrik, dan juga karena semakin maraknya penambangan galian C yang tidak terkontrol, seperti kejadian di sepanjang DAS Kreung Aceh di Aceh Besar. DAS di daerah ini rusak parah akibat maraknya galian C, sedangkan di Krueng Geukueh banyak ikan yang mati di sungai yang ada sekitar pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM) diduga tercemar oleh limbah pabrik. Ada pula kasus yang terjadi di salah satu pesantren di daerah Lhoksukon yakni sumur bor yang menyemburkan gas liar, namun karena masyarakat khawatir sumur tersebut mengandung gas liar maka pimpinan pesantren sepakat untuk menutup sumur itu, agar tidak di gunakan lagi untuk aktifitas santri dipesantren tersebut. Selain berbagai hal tersebut, gangguan terhadap kelestarian hutan sebagai sumber air dan sumber penghidupan berbagai makhluk juga semakin terancam. Sepanjang tahun tingkat kerusakan hutan akibat deforestasi dan degradasi lahan hutan juga semakin tinggi. Berbagai catatan yang berhasil dihimpun oleh WALHI Aceh, tingkat kerusakan hutan di Aceh sepanjang tahun berkisar rata-rata antara 20.000 hingga 32.000 hektar, bahkan bisa lebih besar dari yang diperkirakan.
5.Banjir yang beberapa waktu terakhir ini kerap terjadi di banyak wilayah di Aceh, diyakini terjadi karena tingkat kerusakan wilayah hulu berbagai daerah aliran sungai di Provinsi Aceh semakin tinggi. Tanpa aksi nyata dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah setempat, diyakini berbagai bencana alam karena kerusakan lingkungan akan semakin sering terjadi di Aceh.
6.Catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh sejak tahun 2006 hingga saat ini, kerusakan DAS mencapai 46,40 persen atau 714.724 hektar (ha) dari 1.524.624 ha total luas DAS. Kawasan DAS yang kritis terjadi di pantai timur Aceh, seperti DAS Peusangan, yang merupakan wilayah sumber air lima kabupaten/kota, seperti Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah, diperkirakan kerusakan rata-rata di atas 70 persen.
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Air se-Dunia yang ke-19 yang jatuh pada hari ini, 22 Maret 2012, WALHI Aceh menyerukan kepada segenap komponen masyarakat dan juga Pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah preventif dan pro aktif untuk menyelamatkan sumber-sumber air sebagai sumber kehidupan masyarakat dan makhluk hidup lainnya.  Mari kita galang kekuatan bersama untuk penyelamatan lingkungan sebagai sebuah upaya refleksi, proyeksi dan momentum serta melakukan aksi-aksi nyata di lapangan sebagai gerakan konkrit penyelamatan lingkungan Aceh, termasuk dalam hal ini penyelamatan  sumber daya  air untuk penghidupan masyarakat Aceh dan ekosistem lainnya secara berkelanjutan.

Air Bagi Kehidupan
Kebutuhan manusia akan ketersediaan air di muka bumi seperti halnya kebutuhan mereka atas darah yang mengalir dalam tubuhnya. Apabila debit air kurang, tentu akan mengganggu aktivitas keseharian. Karena hampir seluruh pemenuhan kebutuhan hidup ditopang oleh air. Karenanya, ketersediaan air di muka bumi merupakan berkah yang harus dijaga keberadaannya. Melalui air hujan, alam terjaga dalam keseimbangannya.
Tubuh kita juga sebagian besar terdiri dari cairan. Ketika masih kanak-kanak, sekitar 80% komponen tubuh berbentuk cairan. Kemudian, di saat menginjak usia dewasa, tubuh kita terdiri dari 60% cairan. Bahkan, otak kita terdiri dari 90% komponen cairan. Ini mengindikasikan kita selalu memerlukan air untuk tetap hidup.
Artikel Terkait
Selain untuk tubuh, air juga diperlukan untuk kebutuhan lain, utamanya untuk mengairi pertanian. Air hujan mampu memperbaiki kondisi tanah, menumbuhkan kembali pepohonan, menyuburkan areal pertanian, dan menyediakan kembali air bersih bagi manusia. Ketika sebagian manusia merusak bumi dan segala isinya, maka akan terjadi krisis lingkungan berkepanjangan yang dapat membahayakan kehidupan manusia. Karenanya, penting kiranya melakukan konservasi alam berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan hidup. Sebab, fenomena kekeringan yang terjadi, misalnya, dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen yang berimbas pada kekurangan pangan.
Fakta menunjukkan bahwa kondisi kesehatan manusia ditentukan oleh kebersihan diri. Karenanya, manusia membutuhkan sangat banyak air bersih. Banyak terjadi persebaran penyakit, ketika air yang tersedia di sekitar tidak bersih. Bahkan, World Health Organization (WHO) memasukkan persoalan ketersediaan air bersih sebagai salah satu masalah serius yang dihadapi masyarakat dewasa ini. Sebab, apabila tidak diperhatikan secara serius, maka persoalan itu dapat mengakibatkan munculnya penyakit kulit, diare, sesak nafas, batuk, dan sebagainya.
Air merupakan sumber kekayaan alam yang dapat menopang kehidupan umat manusia. Jadi, menjaga dan memelihara alam agar tetap lestari dapat memperbaiki lingkungan agar menghasilkan debit air yang cukup untuk kehidupan. Dengan cara menghemat air untuk keperluan sehari-hari, merupakan bentuk sederhana dari menjaga alam agar tetap berada di jalur keseimbangan.
Yang patut diperhatikan pula adalah kesadaran untuk tidak menjadikan sumber air (seperti sungai, mata air, danau, situ, laut, dll) sebagai tempat pembuangan kotoran atau sampah dan limbah. Begitu pentingnya masalah kebersihan, termasuk kaitannya dengan air, sehingga Rasulullah Saw bersabda; “Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang dapat kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip kebersihan. Dan tak akan memasuki surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan…”(HR. Ath-Thabari).
Dikarenakan air merupakan sumber daya alam yang terbatas, hendaknya kita berhemat dalam menggunakannya. Dengan melakukan hal itu, berarti kita telah ikut memelihara alam, sehingga dapat menyeimbangkan alam dan manusia. Itulah salah satu tugas dan tanggung jawab terbesar kita di alam. [Sukron Abdilah/Mizan.com]







Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat. Energi nampaknya sudah menjadi hal yang sangat vital bagi kehidupan kita semua. Hampir seluruh aktivitas hidup manusia bergantung pada energi. Meskipun kebutuhan manusia akan energi dapat terpenuhi di setiap waktu, namun bukan berarti kita tidak perlu memikirkan keberadaannya di masa mendatang.

Pasokan energi semakin menipis seiring dengan ketergantungan kita akan bahan bakar fosil. Perlu banyak cara untuk mengantisipasi hal itu. Menilik kondisi energi nasional yang kian merosot, tugas kita sebagai manusia bukan hanya meratapi kondisi ini. "Jangan hanya meratapi, melainkan cari jalan keluar!".
Air Sumber Energi Raksasa

Banyak yang belum menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi alam. Hal ini perlu dimanfaatkan seefektif mungkin. Potensi tersebut mampu menopang hidup masyarakat banyak. Bukan tidak mungkin kita keluar dari kubangan krisis energi yang melanda kita saat ini, asalkan kita bisa dan mau memanfaatkan potensi tersebut. Lain halnya dengan air. Keberadaannya memang melimpah, bahkan dengan begitu banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia, membuat kita seringkali menyepelekan kehadiran air di lingkungan.

Air adalah material yang paling berlimpah di dunia. Kita bisa hidup sebulan tanpa makan, tapi hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa air. Air, seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi pertanian, industri, dan hampir semua kehidupan. Dengan bertambahnya kebutuhan air untuk kegiatan manusia dan juga peningkatan jumlah penduduk 212.000 orang per hari (1985), kelangkaan air merupakan hal yang ada dihadapan kita. Air sangat bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak Bisa dikatakan, air adalah salah satu penunjang kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bisakah kita bayangkan jika kita hidup tanpa air? Musnah atau bertahan ???

Menurut laporan World Commision on Water, pada tahun 1999 sekitar 1,2 Milyar penduduk bumi mengalami kesulitan akses air bersih, jumlah ini akan meningkat menjadi 2,7 Milyar atau sepertiga jumlah penduduk seluruh dunia pada tahun 2025 jika tidak dilakukan suatu tindakan nyata dalam mengatasi masalah kelangkaan air. Masyarakat di negara-negara berkembang mengalami penurunan kualitas kesehatan akibat kesulitan air bersih atau sumber air yang tercemar.

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau tanggal 22 Maret adalah Hari Air Dunia (HDU). Tepatnya pada tanggal 22 Maret 1992 di Rio Jeneiro telah ditetapkan dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ke 47 sebagai Hari Air Dunia. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya air bagi keberlanjutan hidup umat manusia. Inilah bukti betapa pentingnya air.

Negara kita yang berada di wilayah tropika basa mempunyai curah hujan sebagai sumber air yang melimpah, akan tetapi sebaran ruang dan waktunya tidak merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, diperlukan kearifan dalam tata kelola air (ketersediaan dan pemanfaatan) agar fungsi air bagi kehidupan dapat berkelanjutan.

Persoalan air, sumber air dan ketersediaan air merupakan persoalan bersama karena menyangkut masa depan seluruh kehidupan termasuk kehidupan umat manusia. Olah kerena itu, dalam melakukan pengelolaan air dan sumber air, harus dilakukan secara terpadu dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh komponen masyarakat diharapkan agar dapat lebih menghargai nilai air sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan sumber kehidupan bagi kita semua. Jagalah kelestarian sumber air, melakukan penghematan pemakaian air dan tidak melakukan perusakan atau pencemaran air. Sebab tanpa air mustahil kehidupan ada.


Translate